Wirausaha. Kata sakti yang sering jadi senjata pamungkas para motivator saat seminar di aula kampus, masjid, atau bahkan warung kopi pinggir jalan. Katanya, “Daripada jadi budak korporat, mending jadi bos untuk diri sendiri.” Ucapannya manis, kayak teh poci gula batu. Tapi realitasnya? Kadang malah pahit kayak kopi tanpa ampun.
Banyak yang ngira wirausaha itu gampang. Bikin brand, buka akun Instagram, upload foto produk, terus tinggal nunggu orderan bejibun datang kayak tsunami. Padahal, kenyataannya, kadang yang nge-like cuma teman satu kos yang kasihan, dan yang beli? Ya, itu juga… kadang ngutang.
Wirausaha: Antara Passion dan Paksaan
Gaya hidup hustle culture memang bikin wirausaha kelihatan keren. Nongkrong di coworking space sambil buka laptop, pakai hoodie lokal brand, caption Instagram-nya “Rise and grind, bro.” Tapi, yang nggak kelihatan adalah perjuangan di balik layar: nyetak stiker sendiri, nganter paket pakai motor pinjaman, dan debat sama supplier yang suka PHP.
Apakah semua orang harus jadi wirausahawan? Nggak juga. Kalau kamu baperan, gampang insecure lihat kompetitor naik followers, atau gampang nyerah pas promo nggak ada yang nyantol—mungkin jalur ini bukan buatmu. Tapi kalau kamu tipe yang bisa ketawa pas ditolak 10 kali dalam sehari, wirausaha mungkin emang jalan ninjamu.
Wirausaha Itu Nggak Melulu Harus Jualan Kopi
Entah kenapa, di Indonesia, wirausaha sering identik dengan bisnis kopi. Dari Aceh sampai Ambon, tiap gang pasti ada warung kopi kekinian. Nggak salah sih. Tapi mari kita akui: pasar kopi itu udah sesak kayak KRL jam pulang kerja. Kalau semua orang jadi barista, siapa yang bakal jadi pembeli?
Wirausaha itu luas. Bisa jual jasa, ide, atau bahkan keahlian ngedit video reels temen. Bisa bikin usaha kecil yang solving masalah orang lain. Intinya, nggak usah ikut-ikutan. Wirausaha itu soal kepekaan melihat celah, bukan soal ikut tren biar kelihatan keren.
Jadi, Haruskah Kamu Wirausaha?
Jawabannya? Tergantung. Kembali ke diri sendiri. Jangan karena lihat orang lain sukses buka clothing line, kamu langsung resign dan nekat buka distro—padahal kamu nggak paham cara bedain kain katun dan polyester. Wirausaha itu bukan pelarian, tapi pilihan. Dan kayak semua pilihan hidup, harus ada pertimbangan matang sebelum lompat ke dalamnya.
Kalau memang niat, belajar dulu. Bangun mental baja. Siapkan dana cadangan. Dan yang paling penting: jangan gampang putus asa. Karena kadang, yang bikin usaha gagal bukan karena produknya jelek, tapi karena pemiliknya udah nyerah sebelum perang dimulai.